when my world is gray

when my world is gray
kali kuning Yogyakarta

Senin, 22 Juli 2013

Investasi Teman

"Punya teman tidak boleh pilah-pilih"
Kalimat yang sering diucapkan oleh orang tua saya. Maksud mereka tentu baik, saya tidak boleh membeda-bedakan perlakuan terhadap teman. Harus bersikap baik dan ramah terhadap siapa saja.
Setelah dewasa saya kembangkan pesan orang tua saya tersebut. Berteman dengan siapa saja, bukan hanya yang satu lingkungan atau satu hobi saja, namun saya berusaha untuk membaur dalam berbagai tipe kelompok pertemanan. Buat saya, teman itu merupakan salah satu investasi. Selain ilmu pengetahuan dan membantu orang lain. Dan seperti layaknya investasi, teman, ilmu pengetahuan dan pekerjaan sosial merupakan investasi yang tidak pernah merugi.
Siapa yang sangka, bahwa seorang teman yang nampak biasa saja, suatu saat nanti dapat menjadi orang hebat yang akan membuat kita bangga telah mengenal mereka.
Salah satu hal yang saya syukuri dari kemampuan kecil saya berbaur (dan juga bantuan dari social media) adalah mengenal banyak orang-orang hebat. Beberapa diantaranya mungkin tidak pernah kita dengar namanya, namun ternyata mereka adalah orang-orang yang berada di balik layar sebuah kebijakan negara, atau sebuah penemuan besar, bahkan revolusi lingkungan.
Terkadang, ide-ide besar tidak muncul dari sebuah pemikiran mendalam, namun melalui perbincangan kecil di sebuah kedai kopi. Pertemuan beberapa orang dengan latar belakang pendidikan dan profesi yang berlainan memperkuat derasnya arus informasi. Satu bahan obrolan dapat berubah menjadi "kaya" bagai menemukan keping-keping puzzle dan kemudian menyatukannya menjadi sebuah gambaran besar yang bernama ide. Ide-ide itulah yang kemudian akan muncul menjadi berbagai inovasi besar.
Lebih sederhana dari itu, hanya dengan segelas kopi dan sebungkus rokok, tawaran pekerjaan atau bahkan project dapat tiba-tiba muncul.
Seperti yang saya alami akhir minggu lalu, saya kopi darat dengan beberapa teman yang saya kenal dari social media. Meskipun baru bertemu pertama kali, namun chat melalui jejaring sosial dan aplikasi chat di smartphone sudah sering dilakukan, sehingga perbincangan sudah langsung terasa akrab.
Saya yang paling muda dan paling cantik (karena yang lain ganteng) bertemu dengan peneliti, economist, pejuang start up, dll. Perbincangan pun mengalir dari mulai hal-hal sederhana seperti membahas pekerjaan masing-masing hingga ke hal-hal besar seperti ekonomi makro, politik, dan bahkan obat-obatan terlarang.
Kalau kata Dee Lestari sudah bagaikan "badai serotonin" dimana mood kita terpacu sedemikian liarnya. Terlebih membahas hal-hal baru selalu menarik untuk saya. Bagai sekumpulan anak-anak yang bermain dengan mainan baru, rasa penasaran yang menjadi motivasi kami untuk terus menggali dan berbagi. Banyak informasi berlompatan keluar dari jalinan otak kami masing-masing sehingga relatifitas waktu benar-benar kami buktikan.
Satu hal yang menjadi pemahaman saya : bahwasanya setiap manusia itu unik, dan manusia adalah sumber kompleksitas terbesar. Itulah sebabnya mengenal dan mempelajari manusia melalui pertemanan merupakan cara termudah untuk mengurai kerumitan terbesar. :)
- Posted using BlogPress from my iPad