"ah.. hujan" katamu..
aku hanya tersenyum melihatmu gelisah...
"mengapa kau takut akan hujan? bukankah bila tanpa petir dia indah?" kataku
"hujan selalu mengingatkanku akan sepi, akan sesuatu yang membatasiku dengan dunia luar, dunia luar yang kapan saja bisa membawamu pergi"
kemudian aku mendekat, kupeluk tubuh hangat itu dari belakang
"kamu kedinginan? perlukah kuambilkan selimut untukmu?"
"tidak.. ini saja sudah cukup" kau berbalik menatapku lembut, sungguh sebenarnya aku sangat tak kuasa menghadapi tatapan itu.
apa yang kamu sampaikan melalui tatapan itu membuat seluruh sel tubuhku bergetar.. tak ada kata-kata yang tepat untuk menggambarkan perasaan ini.
indah, haru, sedih, luka membaur menjadi satu.
"berbaringlah... tenangkan dirimu, aku akan membuatkan secangkir coklat panas" setelah mengecup bibirmu sekali, aku menuntunmu ke tempat tidur.
*********
malam itu aku menemanimu hingga pagi..
kita berbagi kehangatan di balik selimut tua pemberian orang tuamu.
kita berbicara tentang apa saja, tentang bagaimana awal pertemuan dewa awan dan dewi hujan
tentang bagaimana Pelangi, anak mereka yang tercipta setelah orang tuanya berpisah.
berjam-jam kita hanya membicarakan dongeng hujan, tanpa sedikitpun bicara realita.
kita sama-sama tak ingin membicarakan realita, mereka terlalu arogan untuk cinta kita bukan?
dan kemudian kamu berkata "tak perlu bercerita lagi, aku tau kamu sudah lelah. Biarkan aku yang membaca semua cerita itu dari matamu"
yang kuingat setelah itu hanya suara gemericik hujan, bibir kita berbicara dengan bahasa yang lebih pribadi, bahasa yang hanya diketahui oleh kita berdua.
*********
wahai engkau penunggu hati, kisah kita berjalan di tengah himpitan jurang kenyataan.
hanya jalan kecil setapak ini yang bisa kita lalui..
mereka memaksa kita berpisah karena kita menggunakan baju agama, topi suku dan rompi budaya yang berbeda.
hanya saat kita telanjang lah semua perbedaan itu kita sirnakan.
kita sama-sama percaya bahwa cinta tak pernah salah, dan mencintaimu bukanlah sebuah kejahatan.
*********
rintik-rintik hujan masih terdengar lirih, badan kita masih saling memeluk
dan kita terlelap dalam mimpi indah bersama dimana kita bisa menyatakan cinta secara terbuka. Dimana tak ada seorang pun melarang kebersamaan kita.
postingane yen di iringi lagu Hujan nya Utopia tambah apik ki.. :D
BalasHapus