when my world is gray

when my world is gray
kali kuning Yogyakarta

Sabtu, 09 Februari 2013

Zona nyaman yang harus kutinggalkan

Lagi, tulisan ini dibuat setelah baca salah satu judul di bukunya Henry "tentang eat, pray, & love dan pencarian diri"
(I hate you Piring for being so insighful)

Hari ini kurang lebih tiga minggu menjelang kepindahan gue ke Kalibata City, apartment (rumah susun) yang terkenal dengan jalanannya yang super macet di wilayah Jakarta Selatan.

Saat memutuskan untuk pindah, semua orang bertanya hal yang sama "kan macet banget, kan jauh dari mana-mana, kan padat penduduk gitu, dll"

Gue sendiri sudah beberapa kali ditawari untuk pindah ke Kalibata dari sejak tahun lalu, entah mengapa gue selalu menolak. Benar memang, kosan gue yang sekarang ini dah termasuk senyaman-nyamannya tempat tinggal. Berada di tengah kota, kemana-mana deket, mau ke tempat nongkrong tinggal jalan bentar, mau nonton bioskop tinggal ngesot, deket sama kantor, deket halte trans jakarta, deket pangkalan taxi, duh pokoknya enak banget! (Jadi berat lagi mau pindah-halah)

Tapi mungkin karena semua kenyamanan itu, akhirnya gue memutuskan buat menerima ajakan teman untuk tinggal di Kalcit (Kalibata City) tahun ini. Gue merasa gue sudah masuk zona nyaman, zona yang seharusnya dihindari buat orang-orang yang tidak pernah puas dan masih pengin terus maju.

Kebetulan, hal teraebut dibahas sama Henry di bukunya, ada quote asik
kehadiran sesuatu yang familiar, yang sering dilihat, membutakan mereka terhadap solusi lain yang lebih baik
dan ada lagi
upaya keluar dari "familiar zone", dan membantu membebaskan otak untuk berpikir yang berbeda


Intinya, kalo gue terus berada di tempat tinggal gue yang sekarang, gue ga akan bisa "berkembang secara progresive" istilah yang gue bikin sendiri :p

Karena apa? Karena pindah dan meninggalkan kebiasaan itu ga mudah, kemampuan adaptasi kita diuji, dan makin cepat kita beradaptasi, makin bisa kita bertahan dalam dunia kejam ini (lebay dikit).
Dan makhluk yang akan terus bertahan di muka bumi adalah mereka yang mampu beradaptasi.
Ditambah kalau kita hanya lihat yang itu-itu saja setiap hari, ga akan banyak hal baru yang akan dapat kita pelajari.
Mungkin kalau sekarang gue terbiasa bangun siang dan kemana-mana naik taxi karena deket, siapa tahu dengan di Kalibata gue bisa bangun lebih pagi dan berjuang masuk kereta bersama para pejuang korporat lainnya.

Dengan dasar itulah, gue memutuskan untuk keluar dari zona nyaman demi meningkatkan kemampuan adaptasi gue.

Kalau mau melihat kebelakang, gue sudah beberapa kali keluar dari zona nyaman, berawal dengan kepindahan gue ke Jakarta untuk bekerja, meninggalkan rumah yang nyaman serta keluarga yang jaga gue setiap hari, dan menggantikannya dengan kehidupan mandiri menjadi anak kos di ibukota yang terkenal lebih kejam dari ibu tiri.

Mengawali tinggal di Jakarta di sebuah lokasi nyaman daerah Kemang, ga lama harus pindah ke Kuningan agar lebih dekat dengan kantor, dan setelah dua tahun hidup dengan nyaman gue memutuskan pindah ke Kalcit.
Dengan berbekal keyakinan, dan tambahan pesan seorang teman "nanti kamu bakal menemukan kenyamanan baru di sana (Kalcit)" gue memantapkan hati.

Setelah ini, apakah gue akan terus mencari dan kemanakah?

Hanya waktu yang tahu jawabannya :)


- Posted using BlogPress from my iPhone

Tidak ada komentar:

Posting Komentar